Satu Jam di Tanah Bakok

Floreseditorial.com - Perayaan Hari Ulang Tahun ke 15 Kabupaten Manggarai Timur digelar pada Selasa 29 November 2022 di aula kantor Bupati Manggarai Timur.

Pemerintah daerah kabupaten Manggarai Timur pun membeberkan sederetan pencapaian yang berhasil diperoleh dalam kurun waktu 15 Tahun terakhir sejak awal pembentukan kabupaten tersebut.

Tak hanya itu, saat puncak perayaan Hari Ulang Tahun ke 15 Kabupaten Manggarai Timur, pemerintah juga turut menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berjasa selama 15 tahun perjalanan kabupaten Manggarai Timur, termasuk mantan Bupati Yoseph Tote.

Baca Juga: Capai UHC, Jadi Kado HUT-15 Kabupaten Manggarai Timur

“Dimalam yang Sangat Istimewa Ini, Izinkan saya memberikan ucapan terima kasih kepada kaka yoseph tote. Karena dia lah saya bisa ada dan berdiri di sini malam ini. kalau saja dia tidak pernah datang malam ke rumah saya di Belo, mungkin saya tidak ada disini malam ini. terima kasih kaka Yoseph Tote, ” ungkap Agas Andres.

Tak hanya sampai disitu, Agas Andreas pun mendatangi rumah kediaman Mantan Bupati Manggarai Timur dua periode itu di kawasan Tanah Bakok, Kelurahan Ranaloba, pada Kamis 1 Desember 2022.

Pantauan media ini, hadir dalam silaturahmi tersebut, mantan Bupati Mangarai Anton Bagul yang saat itu didampingi Istri dan Juga Yoseph Tote yang juga saat itu didampingi Istri.

Ketiganya terlihat bercanda santai layaknya sahabat.

Baca Juga: Ini Jadwal Lengkap Liburan Semester Ganjil Bulan Desember 2022, Untuk 8 Provinsi di Indonesia Termasuk NTT

Saat bincang-bincang, kepada Yoseph Tote dan Anton Bagul, Agas Andreas menceritakan bahwa selama dua Setengah Tahun kabupaten Manggarai Timur berjalan bersama badai.

“Kaki kita nyaris ambruk, nafas Kita tersengal-sengal, kita Semua Tahu Bagaimana Diawal Kerja Aset, kita punya banyak rencana kita mau kencang dari awal 10 kilo meter perkecamatan adalah janji yang paling gegap gempita, tapi apa yang terjadi?,
Kita boleh berencana tapi semesta berkehendak lain, ” ungkap Bupati Manggarai Timur.

Ia menceritakan, kebaikan tetap harus berkompromi dengan pandemi, pilihannya tidak mudah, harganya keselamatan manusia.

“Sirene ambulans mendadak menjadi santapan harian kita. kita terjebak dalam kepanikan, ketakutan ada dimana-mana, refocusing pilihan yang harus dilakukan, semua pemimpin harus mengambil keputusan yang sulit itu, resikonya tidak kecil, kami dituduh menghiananti janji kami, dituduh tidak bekerja, kami dituduh tidak bergerak, bahkan kami dianggap tidak becus.
Paling menyedihkan itu adalah ketika tuduhan dan caci makian itu justru datang, ditengah kita berjuang melawan badai,” ceritanya.

Baca Juga: Urban Farming Jadi Solusi Pengendalian Inflasi di Kota Kupang